B. Indonesia

Pertanyaan

Deskripsikan seorang murid yang salim kepada gurunya

1 Jawaban

  • Jawaban:

    Mencium Tangan Guru

    Suatu perbuatan dari akhlak mulia yang mudah dilakukan tapi jarang dilaksanakan di zaman modern ini adalah mencium tangan guru. Sering kita menjumpai murid-murid yang hanya tersenyum saja ketika berpapasan atau bertemu dengan gurunya di tempat-tempat umum, banyak juga yang pura-pura tidak tahu bahkan menghindar. Entah apa yang ada dalam fikiran mereka. Akhlak kepada guru sangat terabaikan.

    Sesungguhnya guru, baik yang di sekolah, di tempat-tempat kursus, tempat ibadah adalah orang yang sangat berjasa membangun kecerdasan kita. Gurulah yang banyak memperkenalkan ilmu. Gurulah yang mengangkat derajat kita dari kebodohan. Tapi rasa hormat dan bangga terhadap seorang guru semakin punah dan memusnah. Para murid yang tadinya biasa-biasa saja setelah berubah menjadi seseorang yang luar biasa sering melupakan gurunya. Bahkan yang belum menjadi apa-apa pun sudah dihinggapi penyakit amnesia terhadap gurunya.

    Apa salahnya ketika bertemu di tempat-tempat umum Sang Guru disalami serta dicium tangannya. Apasalahnya ketika bertemu setelah waktu yang lama tak berjumpa mencium tangan Sang Guru. Sungguh besar pengaruh kesuksesan seseorang yang masih menghormati gurunya ketika ia lepas dari didikkan Sang Guru.

    1.Sering bertemu dengan Sang Guru dan bersalaman serta mencium tangannya akan menimbulkan ikatan emosi yang tinggi dari Sang Guru kepada muridnya. Akibatnya rasa haru yang keluar dari hati Sang Guru akan menjadi sebuah do’a yang Insya Allah makbul.

    2.Seganas-ganasnya Sang Guru dikala ia mengajar, tak akan pernah menjadikannya dendam kepada murid, sehingga kalau murid bertemu dan menyalami serta mencium tangannya, maka tingkat keterharuan akan semakin besar yang berimbas pada do’a dari Sang Guru kepada murid.

    3.Profesi guru adalahprofesi yang paling mulia, karena mengajarkan ilmu yang bermanfaat bagi orang banyak, sehingga do’a-do’anya akan terkabulkan.

    4.Guru tidak pernah mengharapkan balas jasa dari muridnya, sehingga apapun yang dilakukan oleh Sang Guru terhadap murid-muridnya hanyalah sebuah bentuk pengabdian, jadi jika ada murid yang sudah selesai sekolahnya tapi masih mengingat gurunya, maka kondisi inilah sebetulnya yang memulai do’a tulus dari Sang Guru

    Akan tetapi zaman telah berubah. Sistem pendidikan sudah maju pesat. Setiap tindak tanduk dan perbuatan dari Sang Guru sering tersangkut dengan kata “HAM”. Akhirnya guru tidak lagi memfungsikan dirinya sebagai “Pendidik”. Jadilah ia hanya sekedar sebagai “Pengajar”. Akibatnya, zaman kini, murid-murid sudah tak mau lagi mencium tangan guru jika bertemu di tempat umum atau di tempat-tempat yang bukan lingkup sekolahnya. Menyalami dan mencium tangan guru di sekolah hanyalah berupaseremonial belaka. Tapi tak akan diresapi. Setelah selesai sekolah lupa akan gurunya. Tentu saja kita tidak bisa menyalahkan Sang Murid. Karena Sang Guru juga tidak berani mendidik anak dengan cara menyentuh fisik yang sebetulnya bisa dijadikan terapi buat Sang Murid. Seharusnya orang tua sadar, bahwa tak mungkin Sang Guru menghukum anaknya jika Sang Anak tidak melakukan kesalahan. Tapi HAM akan berbicara lain. Akhirnya, terserah, “elu mau jadi apa, mau berbuat apa, bukan urusan gue, tugas gue cuma mengajar, titik!!!!”

Pertanyaan Lainnya