Apa makna tulisan kaligrafi pada mesjid angke
Sejarah
nurulab4463
Pertanyaan
Apa makna tulisan kaligrafi pada mesjid angke
1 Jawaban
-
1. Jawaban Ratuoktavia02
Sebagaimana tertulis pada kaligrafi di ambang pintu sebelah timur, Masjid Angke dibangun pada tahun 1761 M (tepatnya, tanggal 26 Sya'ban 1174 H).[1][2] Mengingat letaknya yang berada di tengah-tengah permukiman --pada saat itu-- suku Bali di Batavia, sejarawan Denys Lombard dan juga Adolf Heuken cenderung menganggap orang-orang Bali itulah yang membangun masjid tersebut. Dugaan ini diperkuat oleh arsitektur masjid yang untuk sebagiannya berciri budaya Bali. Tercatat pula bahwa pada tahun 1804, seorang kapitan (pemimpin) suku Bali bernama Mohammad Paridan Tousalette Babandan telah menyumbangkan perolehannya dari sewa dua puluh lima rumah petak miliknya di daerah Patuakan (kini kawasan Jl Perniagaan) untuk kas Masjid Angke.[1]:98-9[3]:217
Orang-orang Bali telah diketahui lama sebagai bagian yang cukup banyak jumlahnya dari penduduk Batavia, bahkan mendominasi pada awal abad-19.[4] Pada mulanya kebanyakan orang Bali datang sebagai budak belian untuk dipekerjakan di tanah-tanah pertanian sekitar Batavia atau mengurus rumah orang-orang Belanda. Pada gelombang berikutnya, orang-orang Bali ini datang atas kemauan sendiri sebagai orang bebas dan berkelompok-kelompok mendaftar masuk dinas tentara Kompeni.[3]:217 Terkenal salah satunya adalah Gusti Ktut Badulu, kapitan suku Bali yang pada 1709 datang dan tinggal di kampung yang belakangan dikenal sebagai Kampung Gusti, tidak jauh dari Angke. Ia, bersama 300 pengikutnya, kemudian berperang bersama tentara Kompeni di Malabar dan juga Ternate.[1]:98 Hingga kini, sebagai warisan orang-orang Bali ini, masih dikenal tiga atau empat tempat di Jakarta yang bernama Kampung Bali.
Namun demikian, ada pula yang meyakini bahwa Masjid Angke dibangun oleh seorang wanita Tionghoa bernama Tan Nio, dengan arsiteknya Syaikh Liong Tan.[5][6] Di pemakaman kecil di belakang masjid ini memang terdapat beberapa kuburan. Yang tertua di antaranya nisannya bertulisan aksara Cina: "Chen men Wang shi zhi mu", 'Nisan ny. Chen yang lahir sebagai Wang'.[1]:100[3]:218
Selain dikenal sebagai Kampung Bali, permukiman tempat masjid ini berdiri juga dinamai orang Kampung Jembatan Dua (sekarang) atau Kampung Rawa Bebek (dahulu). Menyangkut Kampung Rawa Bebek ini, pernah ada catatan bahwa pada tahun 1621 seorang Tionghoa muslim bernama Gouw Cay memperoleh sebidang tanah di Kampung Bebek di sebelah utara Angke untuk membangun masjid. Gouw Cay alias Jan Con, adalah seorang tukang kayu dari Banten yang menjadi sekretaris Souw Beng Kong -kapitan Cina pada masa Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen.[3]:216 Tidak diketahui dengan jelas mengenai pelaksanaan rencana pendirian masjid itu selanjutnya, namun beberapa peneliti dan pemerhati meragukan bahwa Masjid Angke sekarang adalah masjid yang didirikan oleh Gouw Cay. Salah satu alasannya adalah, catatan François Valentijn --seorang misionaris Belanda yang juga seorang naturalis dan penulis-- dalam bukunya, Oud en Nieuw Oost-Indiën yang terbit di tahun 1727, sama sekali tidak menyebut-nyebut adanya sebuah masjid di sekitar Kali Angke.[2]
Masjid Angke telah dipugar beberapa kali; meskipun demikian, masjid ini tidak kehilangan ciri-ciri asalnya. Antara tahun 1919 dan 1936 masjid ini pernah terbengkalai, akan tetapi dipugar kembali pada tahun 1951.